Web Blog

REFNITA, S.Pd., M.Pd "STRATEGI PIAWAI DI SLB AUTISMA YPPA PADANG"

 


PENDAMPINGAN DALAM PEMBELAJARAN MENDALAM MELALUI STRATEGI                              PIAWAI DI SLB AUTISMA YPPA PADANG

                                                 REFNITA, S.Pd. M.Pd 

                                    PENGAWAS DISDIK PROV SUMBAR

                    Refnita11@dinas.belajar.id

 

PENDAHULUAN 

SITUASI

Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan kebijakan tentang Pendekatan Pembelajaran Mendalam untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diruang-ruang kelas. Pendekatan ini diberlakukan karena melihat kondisi Pendidikan saat ini dan kualitas pembelajaran yang belum berdampak pada kemampuan literasi numerasi serta pembelajaran belum mengembangkan kreatifitas murid. Berdasarkan kondisi ini pemerintah kemudian melakukan transformasi pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam agar pembelajaran yang terjadi di ruang kelas menjadi lebih bermakna.

Selain itu pemerintah juga mengeluarkan permendikdasmen No. 10 tahun 2025 tentang Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Ada 8 dimensi profil lulusan yang harus dikuasai pada akhir setiap jenjang pendidikan, yaitu: Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Kewargaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan; dan komunikasi. Selain itu peraturan ini mengatur lingkup standar kompetensi lulusan untuk setiap jenjang. Untuk itu Satuan pendidikan perlu memastikan bahwa standar kompetensi ini dapat tercapai pada setiap akhir jenjang.

SLB Autisma YPPA Padang berupaya agar murid dapat memiliki 8 dimensi lulusan dan nantinya mampu hidup mandiri. Murid di sekolah ini pada umumnya memiliki keterbatasan gangguan interaksi, komunikasi, dan prilaku/autis. Dengan keterbatasan ini tentunya guru harus berupaya agar pembelajaran yang dilakukan dikelas dapat lebih interaktif dan memberikan penguatan pada dimensi profil lulusan.

Namun berdasarkan pengamatan pada modul ajar yang dibuat guru serta hasil observasi pembelajaran terlihat bahwa dalam mengajar guru baru mengajarkan pada tataran konsep atau memahami. Aktifitas pembelajaran belum mengaitkan dengan konteks dunia nyata. Selain itu penguatan pada dimensi profil lulusan juga belum sesuai dan terlihat dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tentang pembelajaran dan penguatan dimensi profil lulusan bahwa pemahaman guru tentang pembelajaran mendalam masih bervariasi. Untuk itu perlu adanya upaya perbaikan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan karakter murid.

Sebagai pengawas pendamping, penulis merasa perlu melakukan pendampingan untuk pembelajaran mendalam. Penulis menggunakan strategi PIAWAI. Piawai merupakan akronim dari Pendekatan Inkuiri Kolaboratif dan penggunaan whats’app, Google Site, Quiziz dan AI. Pendekatan inkuiri kolaboratif dipilih karena merupakan pendekatan reflektif dan terstruktur untuk menciptakan budaya kolaborasi dan peningkatan kualitas pembelajaran. Penulis memfasilitasi inkuiri kolaboratif dengan membimbing Kepala Sekolah dan guru untuk mengidentifikasi tantangan, merancang strategi, melaksanakan strategi serta mengevaluasi, merefleksi, dan melakukan perbaikan. Dalam pelaksanaan pendampingan, penulis menggunakan digitalisasi seperti WA, padlet, quizziz, google site dan AI. Piawai dalam KBBI berarti cakap, bisa, atau mampu dalam melakukan sesuatu. Penulis berharap guru SLB Autisma YPPA Padang mampu dan cakap dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendalam di kelasnya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

TANTANGAN

Adapun tantangan dalam melaksanakan pendampingan ini adalah sebagai berikut:

1.   Pemahaman guru mengimplementasi prinsip berkesadaran, bermakna dan menggembirakan masih         bervariasi.

2.   Masih ada guru yang beranggapan bahwa Pembelajaran Mendalam sulit diimplementasikan di SLB      terutama pada tahapan mengaplikasi.

3.   Kerangka pembelajaran; praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, kemitraan pembelajaran             serta pemanfaatan digital dalam pembelajaran belum digunakan secara maksimal.

4.   Penguatan profil lulusan Kemandirian dan Komunikasi belum maksimal diimplementasikan baik di         sekolah maupun di rumah.

5.   Kolaborasi antar guru mata pelajaran belum optimal dan adanya guru-guru muda sehingga belum         begitu menguasai tentang strategi dalam pembelajaran serta kekawatiran sebagian guru dalam              membawa murid melakukan aktifitas di luar sekolah.

Tantangan-tantangan ini membuat penulis termotivasi untuk mendampingi guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran mendalam sehingga pembelajaran di SLB Autisma YPPA Padang menjadi lebih bermakna.

ISI 

AKSI

Aksi yang penulis lakukan dalam pendampingan kepada Kepala Sekolah dan guru adalah dengan memfasilitasi inkuiri kolaboratif untuk mengidentifikasi tantangan, merancang dan melaksanakan strategi serta mengevaluasi, merefleksi dan melakukan perbaikan. Selama pendampingan penulis menggunakan beberapa aplikasi untuk mendukung kegiatan seperti whats’app, Google Site, Quiziz dan AI. Langkah-langkah pendampingan dengan pendekatan Inkuiri Kolaboratif dapat digambarkan sebagai berikut:

1.   Asses (Mengidentifikasi). Pada tahapan ini pengawas bersama Kepala Sekolah dan guru mengidentifikasi pembelajaran yang telah dilaksanakan selama ini yang masih menjadi kendala. Penulis menggunakan teknik coaching untuk menggali permasalahan pembelajaran. Identifikasi dilakukan dengan merefleksi hasil observasi pembelajaran, pengamatan serta wawancara. Dari hasil identifikasi

tersebut ditemukan bahwa belum semua guru memahami prinsip, pengalaman belajar, dan kerangka pembelajaran mendalam. Selain itu berdasarkan identifikasi 8 dimensi profil lulusan, perlu melakukan prioritas penguatan. Mengingat murid autis memiliki keterbatasan selain pada fokus juga pada kemampuan berkomunikasi dan kemandirian, maka penguatan terhadap kedua dimensi tersebut menjadi prioritas utama.

2.      Design (Desain). Berdasarkan hasil identifikasi, pengawas mendampingi Kepala Sekolah dan guru, berkolaborasi merancang kegiatan yang akan dilakukan. Dari hasil diskusi bersama maka direncanakan kegiatan In House Training (IHT) tentang Pembelajaran Mendalam dengan penulis sendiri sebagai nara sumbernya. Tim juga berkolaborasi dalam menyiapkan berbagai kebutuhan untuk pelaksanaan IHT.

3.   Implementation (Implementasi). Kegiatan IHT dilaksanakan di sekolah selama 2 hari dengan melibatkan semua guru. Dalam pelaksanaannya, penulis menggunakan pendekatan mendalam. Hal ini dilakukan agar guru dapat langsung merasakan sendiri bagaimana hakikat pembelajaran mendalam dan implementasinya. Pada tahapan memahami, guru mendapatkan penjelasan tentang apa dan bagaimana prinsip, pengalaman belajar, serta kerangka pembelajaran mendalam. Penulis memberikan asesmen formatif dalam bentuk quizziz untuk mencek pemahaman guru tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya guru membuat rancangan pembelajaran mendalam dengan berkolaborasi. Penulis juga menjelaskan tentang penggunaan kecerdasan artifisial (AI) seperti Gemini dan Chat GPT untuk mendapatkan inspirasi. Penulis juga mengingatkan agar guru dapat menyesuaikan dengan karakteristik murid, tujuan pembelajaran, alokasi waktu serta sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Pada hari kedua, guru menampilkan Rencana Pembelajaran Mendalam untuk mendapatkan masukan dari guru lainnya. Agar pembelajaran menggembirakan, penulis menyarankan agar guru membuat lagu sederhana tentang materi. Penulis melakukan mentoring dengan memberikan contoh agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan terciptanya  suasana  yang  menggembirakan di  kelas.  Pendampingan dalam merancang pembelajaran mendalam juga dilakukan melalui WA setelah kegiatan berlangsung.

Setelah pelaksanaan IHT, guru mengimplementasikan pembelajaran mendalam di kelas. Salah satu kelas yang penulis observasi adalah kelas keterampilan tata boga. Guru yang berkolaborasi adalah guru bahasa Indonesia dan guru Keterampilan. Kegiatan diawali dengan murid menulis daftar belanja. Guru memberikan pertanyaan pemantik tentang apa yang dibutuhkan untuk membuat miehun goreng dan murid menyebutkan dan menuliskannya. Kemudian dengan bimbingan guru, murid bersama-sama berbelanja ke warung dekat sekolah. Setelah dari warung, mereka memasak bersama. Murid juga dibimbing dalam menyajikan makanan yang telah dimasak dan diakhiri dengan makan bersama. Pada akhir kegiatan guru melakukan refleksi dengan menanyakan perasaan murid terhadap pembelajaran yang telah dilalui. Semua murid menyatakan senang dengan kegiatan tersebut.

4.        Evaluating, Reflect, and Change (mengevaluasi, merefleksikan dan mengubah).

Tahapan keempat adalah mengevaluasi, merefleksi dan mengubah atau memperbaiki. Pada tahapan ini penulis mendampingi Kepala Sekolah mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran mendalam melalui observasi kelas. Kepala Sekolah juga menyebarkan angket melalui Gform tentang refleksi terhadap implementasi pembelajaran mendalam. Berdasarkan hasil observasi tersebut ditemukan bahwa sebagian besar guru (80%) telah menerapkan prinsip pembelajaran mendalam dikelas. 85% guru telah menggunakan pengalaman belajar memahami, mengaplikasi dan merefleksi. Dalam praktik pedagogis, guru telah menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Umumnya guru menggunakan direct instruction (85%), prompting dan drill. Dalam pemanfaatan lingkungan pembelajaran, guru memanfaatkan kelas, halaman dan aula namun sangat sedikit sekali memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah. Budaya belajar yang dikembangkan guru adalah kemandirian dan kolaborasi. Dalam hal kemitraan, sebagian besar guru sudah menjalin kemitraan dengan orang tua (90%) selain dengan teman sejawat (85%) dan Kepala Sekolah (75%). Selanjutnya dalam

pemanfaatan digital, guru telah menggunakan digitalisasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan asesmen. Sebagian besar menggunakan Youtube (85%) dan AI (80%). Untuk asesmen, guru menggunakan wordwall, quizziz dan Kahoot. Terkait dengan Dimensi Profil Lulusan, guru telah menguatkan kemandirian murid dan mendorong murid untuk menyampaikan perasaannya secara lisan. Keterlibatan orang tua untuk berkomunikasi dengan murid terkait pembelajaran perlu ditingkatkan.

Berdasarkan hasil dari evaluasi tersebut maka dilakukan refleksi. Hal yang sudah baik adalah pemahaman guru terkait pembelajaran mendalam sudah meningkat namun perlu sarana untuk guru berbagi praktik baik pelaksanaan Pembelajaran Mendalam. Untuk itu kegiatan kombel perlu digiatkan lagi. Selain itu Penulis juga memfasilitasi guru dengan Google Site (https://sites.google.com/dinas.belajar.id/kombel/) untuk menyimpan semua materi dan praktik baik terkait dengan pembelajaran mendalam yang dapat diakses oleh guru untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembelajaran mendalam. Untuk membantu guru muda dalam memahami pembelajaran mendalam, maka sekolah perlu menunjuk guru mentor. Selanjutnya, terkait Kemitraan dengan orang tua perlu ditingkatkan dengan membuat jaringan Komunikasi Guru dan Orang tua melalui Gform untuk mendata keterlibatan orang tua dalam menanyakan kepada anak tentang kegiatan di sekolah. Komunikasi ini penting agar dapat melatih murid berkomunikasi dan membangun kedekatan orang tua dan anak. Terakhir, perlu peningkatan kemitraan dengan pihak lain terutama untuk terapi wicara murid.

PENUTUP 

REFLEKSI

Berdasarkan hasil dari pelaksanaan strategi PIAWAI (Pendekatan Inkuiri Kolaboratif dan penggunaan whats’app, Google Site, Quiziz dan AI) dalam pendampingan guru di SLB Autisma YPPA Padang dapat disimpulkan pendampingan ini memberikan dampak positif bagi berbagai pihak. Refleksi dilakukan melalui wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru serta hasil angket

melalui Gform (https://forms.gle/Xayg1v9VbbENcTEo7). Hasil refleksi terhadap pelaksanaan pendampingan pembelajaran mendalam dengan menggunakan strategi Piawai dapat digambarkan sebagai berikut:

1.  Pendampingan PIAWAI efektif dalam pendampingan Kepala Sekolah dan guru dalam pembelajaran     mendalam.

2.      Hal yang membuat keberhasilan ini adalah peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin pembelajaran,       fasilitator, kolaborator, dan pengembang budaya sekolah berdampak pada keberhasilan kegiatan           yang dilakukan.

3.      Guru juga sudah memperlihatkan peran baru sebagai activator, kolaborator dan pengembang                budaya belajar.

4.      Komunikasi 2 arah antara guru dan orang tua meningkatkan penguatan pada Dimensi Profil                   Lulusan Kemandirian dan Komunikasi.

5.      Adanya efek domino dari pelaksanaan pembelajaran mendalam adalah penguatan 7 Kebiasaan               Anak Indonesi Hebat (7KAIH) yaitu bermasyarakat.

Dari refleksi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran mendalam perlu terus diimplementasikan di ruang-ruang kelas di SLB Autisma YPPA Padang agar dapat meningkatkan pemahaman terhadap pembelaajaran serta penguatan untuk dimensi profil lulusan kemandirian dan komunikasi.

Penggunaan pendekatan inkuiri kolaboratif yang penulis gunakan dalam mem asilitasi dan mendampingi Kepala Sekolah dalam pembelajaran mendalam meningkatkan pemahaman Kepala Sekolah dan guru dalam pembelajaran mendalam. Kolaborasi ini dibentuk mulai dari tahapan mengidentifikasi, mendesain, implementasi hingga mengevaluasi, merefleksi dan mengulang/memperbaiki meningkatkan pemahaman guru dalam mengimplementasikan pembelajaran mendalam di kelas dan mencari solusi dari permasalahan yang ditemui. Hellen Keller, seorang penulis disabilitas dari Amerika menyatakan bahwa “alone you can do so little but together you can do so much”, artinya sendiri kamu bisa melakukan sedikit hal namun dengan bersama kamu bisa melakukan banyak hal.

Semoga strategi ini terus meningkatkan kolaborasi antar guru serta guru dan orang tua sehingga semua guru piawai atau mampu menciptakan pembelajaran mendalam di kelasnya agar pembelajarannya lebih bermakna bagi anak-anak Istimewa di SLB Autisma YPPA Padang.























Tidak ada komentar

Gambar tema oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.